Konseling anak adalah proses yang terjadi
antara anak dan seorang konselor yang membantu anak-anak untuk memahami apa
yang telah terjadi kepada mereka. Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak
untuk sembuh dan kembali rasa percaya dirinya. Selama konseling, seorang anak
didorong untuk dapat menyatakan perasaan mereka. Pemikiran dan perasaan yang
tetap dan tak terungkapkan cenderung menjadi semakin akut dan dapat menimbulkan
masalah jangka panjang (www.secasa.com.au).
Konseling anak menawarkan tempat yang aman
untuk berbicara tentang hal-hal yang sulit. Anak-anak sering merasa sulit untuk
berbicara dengan pada orang dewasa yang peduli mereka, padahal anak ingin
dilindungi oleh orang dewasa. Mereka merasa sudah cukup dianggap bertanggung
jawab untuk dewasa dari setiap hal yang dilakukannya. Konseling menawarkan
kesempatan untuk melakukan kepercayaan internal dan perasaan eksternal dan
karena itu lebih dapat diatur. Konseling dapat memberikan pengertian pada
anak-anak bahwa hubungan itu adalah sangat berharga. Dalam konseling, mereka
memiliki beberapa kekuasaan dan dapat membuat pilihan atas apa yang ia lakukan.
Konseling anak juga dapat memberikan anak suatu hubungan dengan orang dewasa di
mana mereka lebih dapat dipercaya.
Fungsi Bimbingan dan Konseling
Beberapa fungsi Bimbingan dan Konseling adalah :
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu
konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.
3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya.
4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang
telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun
karir.
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan
ciri-ciri kepribadian lainnya.
6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan
konseli.
7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.
8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak
(berkehendak).
9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam
diri konseli.
10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah
tercipta dalam dirinya. (Engels, 2005)
Di dalam terapi ataupun konseling anak ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan:
1.
Apa focus dari intervensi yang dilakukan? Apakah focus dari
konseling akan melibatkan anak sebagai klien ataupun juga akan membangun
kesepahaman pada orang tuanya juga.
2.
Apakah ada bukti untuk mendukung, seleksi dari pendekatan
teraputi?. Apakah ada bukti yang didapat dari proses assesmen untuk mendukung,
terapi ataupun menyarankan kepada terapis.
3.
Apa dampak terapi terhadap proses perkembangan anak ataupun
pengaruh perkembangan terhadap proses terapi? Apakah terapi akan mempengaruhi
perkembangannya, ataupun proses perkembangan dalam usia dan tahapan tertentu
berpengaruh terhadap jenis dan atau proses terapi itu sendiri.
Kesehatan Mental Anak
Konseling pada anak di Negara maju biasanya dilakukan pada
anak-anak yang mengalami masalah mental ataupun justru sudah mengarah ke
gangguan mental. Biasanya ada dua masalah utama yang terjadi pada anak,
biasanya adalah factor yang mempengaruhi eksternal anak missal perilaku agresif
dan atau yang biasa terjadi di internal anak itu sendiri misalnya kecemasan.
Ada 4 pendekatan utama dalam konseling anak :
1. Komunitas
2. Family
3. Group
4. Individu
Anak dalam Terapi.
Biasanya terjadi dua eror yang mendasar yakni bahwa terbawa
bahwa asumsi gangguan pada anak itu sama dengan orang dewasa sehingga si
konselor terbawa dengan gaya orang dewasa. Dan bahwa masalah pada anak bisa
diselesaikan dengan cara yang sama tanpa mengindahkan proses perkembangannya.
Untuk Konseling anak vital untuk diketahui konselor adalah,
kapasitas self-reflection dari anak yang dipengaruhi proses
kematangan juga secara biologis, pengalaman sosial baik dalam keluarga maupun
lingkungan yang memberikan pengaruh cukup besar, dan juga kemampuan kognisi
anak.
Intervensi secara kontekstual.
Psikoterapi secara individu pada anak memiliki sejarah yang
panjang, dan apapun pendekatan teraputik yang actual, berbagi asumsi dasar yang
tertuju sebagai sebuah kontak langsung dengan anak para terapis bisa
menghasilkan pengalaman korektiv semacam catarsis, insight, pengkondisian kembali perilaku dll,
dimana akan menghilangkan masalah pada anak. Walaupun, pertanyaan tentang
efektivitas atau kebijaksanaan dari melihat anak dalam isolasi neningkat dari
1960 onawards. Shirk (1999) menyimpulkan bahwa pemikiran terkini menyatakan
bahwa terapi tidak bisa dipaksakan tetapi juga harus memperhatikan isu-isu
konteks social, konteks keluarga biasa, dimana anak itu bertumbuh kembang.
KEEFEKTIFAN TERAPI ANAK-ANAK
Kebanyakan dari terapi-terapi psikologi dilaporkan
dalam literature terapi anak-anak, tetapi kebanyakan digambarkan sangat buruk
dan tidak di evaluasi secara spesifik. Kemudian
dilakukan beberapa penelitian-penelitian untuk meneliti keefektifan dari
treatment-treatment yang ada. Penelitian itu ditemukan fakta-fakta dari
beberapa metodologi seperti :
1. sampel yang tidak
spesifik
2. kemangkiran dari control kelompok
3. hanya menggunakan ukuran pemasukan umum
4. kegagalan memonitor integritas
treatment
5. Kemangkiran dari follow up yang berarti
Pendekatan Perilaku dan Kognitif
Banyak penelitian secara empiris yang
mengevaluasi metode dari keefektifan perilaku pada anak disbanding pendekatan
klinik. Bagaimanapun hal yang utama dari pembelajaran tidak hanya pendekatan
secara langsung dengan anak tetapi pekerjaan tiga serangkai. Maksudnya disini
para terapi turut melibatkan orang tua dengan cara hanya memberikan saran
kepada orang tua dan yang melakukan tindakan kepada anak adalah orang tua itu
sendiri. Jadi tidak hanya terapi yang turun langsung untuk menangani anak
tersebut. Contoh lain adalah dengan menggunakan teori modeling yaitu dengan
menjadikan orang tua sebagai role model untuk merubah perilaku anak. Dimana
pada saat masa kanak-kanak anak lebih sering mencontoh orang terdekat yaitu
orang tua. Teori kognitif perilaku lebih menekankan pada perilaku.
Pendekatan Psikoterapi
Banyak aktivitas terapi menampilkan
psikoterapi anak hanya untuk menjadi sebuah promosi. Disini lebih ditekankan kepada
latihan-latihan dengan menggunakan tiga dimensi, yaitu:
1. treatment dengan langsung dan tidak langsung
2. interpretasi dan dukungan
3. komunikasi verbal atau tidak langsung.
Rangkuman
Penutup ini dapat digambarkan dari
bervariasinya meta-analisis dari keefektifan terapi anak.
1. Psikoterapi dalam beberapa bentuk adalah treatment yang lebih
baik digunakan untuk banyak masalah dari masa kanak-kanak, meliputi penolakan
sosial, agresi, kecemasan, dll
2. Perbedaan dari treatment-treatment untuk merawat pendekatan
perilaku daripada pendekatan non perilaku.
Dengan terapi-terapi kecil kita bisa lebih
menghargai superior gains.
1. Spesifikasi tehnik untuk berubah telah digunakan
2. Tujuan treatment lebih tegas dan terdefinisi
3. Lebih fokus kepada perilaku yang tampak
4. Lebih melihat kepada perilaku individu anak.
5. Terapi lebih berfokus pada masa sekarang bukan masa lampau
KARAKTERISTIK TERAPIS
Sering dikatakan bahwa karakteristik terapis
berhubungan dengan terapis yang baik dalam melakukan parktek. Dalam
penelitianya tentang hal ini, kolvin (1981) menemukan bahwa terapis yang
berkepribadian ekstovert, asertif, dan terbuka sangat berhubungan dengan hasil
treatmen yang positif.Namun terapis traditional yang mengandalkan empati,
kehangatan dan keaslian malah dianggap tidak memberikan hasil treatment yang
positif.
Meskipun begitu beberapa ahli berpendapat
terapis yang efektif adalah sebagai berikut :
1. Terapis mendapatkan pelatihan formal tentang terapi.
2. Terapis memiliki kemampuan interpersonal yang fleksibel.
3. Terapis dapat memunculkan pengharapan yang positive pada terapi
terhadap anak.
Karakteristik Anak
Setiap penelitian yang telah dilakukan oleh ahli-ahli psikologi
dan setiap pakar klinis telah mengetahui bahwa tak ada satu pendekatan
terapeutik yang efektif diterapkan pada anak. Pada umumnya mereka menggabungkan
berbagai penekatan terapeutik yang ada. Selain itu, banyak juga factor-faktor
lain yang mempengaruhi penanganan terhadap anak, seperti : karakteristik
masalah, variable-variabel kontekstual. Selain itu karakteristik individual
juga mempengaruhi seperti : gender, umur, dan kemampuan masing-masing anak.
Penelitian meta-analytic yang dilakukan oleh Blagg (1992)
terhadap pendekatan psikodinamika dan pendekatan perilaku dalam mengatasi aksi
mogok sekolah pada anak menunjukan bahwa terapi tersbut cocok digunakan untuk
anak yang berusi antara &-10 tahun. Sedangkan untuk anak yang berusia 11-16
tahun hasil teratmen yang telah dilakukan dengan kedua pendekatan tersebut
sangat tidak dapat diprediksikan.
Kesimpulan
Psikolog konseling dengan berbagai penelitian yang dilakukan,
telah sepakat berpendapat bahwa tidak ada treatmen tertentu yang sangat
superior dibandingkan dengan pendekatan yang lain. Meskipun begitu,
pertanggungjawaban psikolog konseling dalam praktek terapeutiknya harus
ditingkatkan selalu. Psikolog konseling harus senantiasa memperbaharui apa yang
ia ketahui sekarang. Bekerja pada area anak-anak berarti mengkombinasikan
pengetahuan tentang perkembangan anak, penegetahuan tentang penelitian dalam
area yang lebih spedifik seperti : perceraian orang tua, kematian / kehilangan
orang tua dan pengetahuan tentang treatment yang efektif.
Perbedaan dalam Kapasitas Perkembangan
Psikologi perkembangan telah membuka cakrawala pengetahuan kita
dan membantu memahami tentang kognitif dan perubahan social pada anak-anak.
Namun psikolog konseling harus memperhatikan bahwa perkembangan setiap anak
berbeda-beda dan sangatlah unik. Maka dari itu data normative hanya dapat
digunakan sebagai point pembanding tiap anak. Dalam faktanya kita harus
menghargai bahwa lingkungan anak dan pengalaman dapat meningkatkan atau bahkan
menghambat kemampuan anak.
Sebagai contoh ialah : sebuah studi tentang dua anak yang
sama-sama mejadi korban perceraian kedua orang tuanya. Dari studi tersebut
diketahui bahwa anak yang sebelumnya pernah menjadi korban perceraian orang
tua, dan sekarang menjadi korban untuk yang kedua kalinya, mempunyai
perbendaharaan kata yang lebih banyak dalam mengungkapkan istilah-istilah dalam
perceraian. Sedangkan anak yang baru pertama kali menjadi korban perceraian
orang tua ternyata hanya memnpunyai perbendaharaan kata yang sedikit bahkan
dalam kasus tertentu tidak mempunyai perbendaharaan kata dalam istilah-istilah
perceraian.
· Masa Kecil dan Masa kanak-kanak awal ( 0 - 4
tahun )
1. Mulai berperilaku dengan tujuan. Ex : mengulangi perilaku yang
menyenangkan.
2. Telah mengerti tentang kepermanenan objek.
3. Dapat memecahkan problem yang sederhana.
4. Muncul perilaku Trial and Error.
· Masa awal sekolah ( 4 - 7 tahun )
1. Sudah memiliki kemampuan menggunakan symbol.
2. Belum mengerti tentang prinsip konservasi.
3. Jalan pikiran tidak dapat diubah ( Irreversible ).
· Masa Kanak-kanak Akhir ( 8 – 12 tahun )
1. Tidak banyak mengalami kesukaran dengan problem konservasi karena telah memiliki reversibility.
2. Mempunyai kemampuan berpikir secara logis, sehingga dapat
menarik kesimpulan berdasar nalar, tidak hanya berdasar persepsi.
3. Berpikir secara logis tidak hanya pada objek yang nyata, namun
pada objek yang bersifat hipotetik dan abstrak.
· Masa Dewasa
1. Mampu berfikir secara abstrak.
2. Mulai membangun konsep tentang “siapa dirinya”
3. Mulai memikirkan tentang peran dalam lingkungan social.
STATUS PERKEMBANGAN,
KEMAMPUAN PERKEMBANGAN, DAN PILIHAN PENDEKATAN TERAPUTIK
Jika merunut pada perubahan kapasitas sosio cultural
yang terjadi pada anak, hal tersebut menjelaskan pada kita bahwa metode dan
pendekatan teraputik menimbulkan adanya perbedaan level tuntutan pada kemampuan
perkembangan. Oleh karena itu sangat dimungkinkan untuk ditelaah kembali apa
yang menjadi pendekatan teraputik utama serta juga seberapa jauh pengaruh yang
mereka dapat sesuai dengan fase dari perkembangan selama anak-anak.
Anak yang masih sangat kecil belum mempunyai
kapasitas untuk memasuki berbagai macam pendekatan teraputik yang berdasar pada
refleksi diri serta evaluasi diri. Terlebih lagi, anak kecil belum mempunyai
kapasitas perkembangan yang memadai untuk mempelajarai masalah “dunia” atau
“mereka sendiri” yang disampaikan melalui bahasa verbal atau proses kognitif.
Anak-anak pada fase ini belajar melalui proses pengulangan, aktifitas, proses
pengalaman yang terjadi dalam konteks yang masih aman, serta proses menjalin
relasi dengan orang lain.
Bentuk intervensi paing umum pada usia ini
haruslah secara tidak langsung dan harus menyertakan elemen dari konseling
perkembangan (yang menjelaskan tentang perilaku) dan nasihat pada respon orang
tua terutama dalam hal perhatian pada anak. Dalam hal hubungan teraputik,
haruslah ada dukungan dan afirmasi dari kompetensi dari orang tua.
Ada beberapa pendekatan atau metode memahami
hubungan teraputik terhadap anak:
A. Metode behavioral
Hubungan ini diciptakan melalui aktivitas
teraputik khusus yang dapat dikarakteristikan secar terstruktur, langsung
berfokus pada masalah serta bersifat menentukan. Pendekatan ini tidak
membutuhkan insight pada motif, kesadaran akan perasaan
dan bahkan pemahaman akan rasionalisasi dari intervensi itu sendiri.
B. Metode cognitive-behavioral
Pendekatan kognitif behavioral ini terdiri
dari beberapa tingkatan. Pada timgkatan yang paling sederhana, teknik yang
digunakan adalah strategi pengendalian diri seperti instructional talking,
penguatan diri, manajemen kognitif terhadapa kecemasan, dan yang masih tetap
dibutuhkan adalah bahwa anak-anak telah mampu dan layak sesuai dengan
perkembangannya untuk dapat melakukan monitoring diri.
Level yang lebih tinggi adalah taknik CBT (Cognitive
behavioral therapy), contohnya adalah pendekatan pemecahan masalah secara
interpersonal. Pendekatan ini mulai dapat diaplikasikan ketika anak sudah
menginjak usia perkembangan 8-12 tahun. Pada usia tersebut anak biasanya sudah
mulai melakukan perhitungan/pertimbangan terhadap perspektif atau pendapat
orang lain.
C. Metode Psikoteraputik
Pendekatan ini menekankan pada perubahan yang
terjadi pada anak-anak melalui penmgalaman hubungan teraputik itu sendiri, juga
dapat melalui penggunaan proses saling koreksi, pengalaman emosional, melalui
interpretasi dan perkembangan yang meningkat seiring dengan peningkatan insight
personal dan kesadaran diri.
Pada usia di bawah 7 tahun, anak-anak
cenderung tidak suka untuk secara sering bertemu dengan terapis. Padahal
hubungan berkenaan dengan proses konseling ini setidaknya membutuhkan waktu
sekali dalam seminggu untuk membangun sebuah hubungan yang dapat berlangsung
secara lama.
Dari beberapa pendekatan di atas, ada beberapa
fakta yang menunjukkan bahwa ketika kita menggunakan metode kognitif behavioral
hal tersebut sangatlah didukung akan tetapi model tersebut sering terlihat
tidak sesuai dengan penampilan anak. Anak sering merasa bingung, mungkin dalam
penolakan, dan mungkin akan tidak yakin bagaimana perubahan besar dalam dirinya
akan berpengaruh terhadap dirinya. Yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah
konselor harus menggunakan konstruk teori mengenai konsep diri dan
menggunakannya sebagai alat untuk membuka pembicaraan agar anak timbul rasa
percaya dan yakin bahwa kognitif behavior dapat diaplikasikan dengan
kemungkinan berhasil yang tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar