BIMBINGAN KONSELING

by 20.12 0 komentar
Hai teman teman semuanya.Pena lagi disibukkan dengan segudang tugas kuliah.Ini adalah salah satu tugas kuliah pena.Semoga bermanfaat ya buat kalian semuanya.


Konseling anak adalah proses yang terjadi antara anak dan seorang konselor yang membantu anak-anak untuk memahami apa yang telah terjadi kepada mereka. Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak untuk sembuh dan kembali rasa percaya dirinya. Selama konseling, seorang anak didorong untuk dapat menyatakan perasaan mereka. Pemikiran dan perasaan yang tetap dan tak terungkapkan cenderung menjadi semakin akut dan dapat menimbulkan masalah jangka panjang (www.secasa.com.au).
Konseling anak menawarkan tempat yang aman untuk berbicara tentang hal-hal yang sulit. Anak-anak sering merasa sulit untuk berbicara dengan pada orang dewasa yang peduli mereka, padahal anak ingin dilindungi oleh orang dewasa. Mereka merasa sudah cukup dianggap bertanggung jawab untuk dewasa dari setiap hal yang dilakukannya. Konseling menawarkan kesempatan untuk melakukan kepercayaan internal dan perasaan eksternal dan karena itu lebih dapat diatur. Konseling dapat memberikan pengertian pada anak-anak bahwa hubungan itu adalah sangat berharga. Dalam konseling, mereka memiliki beberapa kekuasaan dan dapat membuat pilihan atas apa yang ia lakukan. Konseling anak juga dapat memberikan anak suatu hubungan dengan orang dewasa di mana mereka lebih dapat dipercaya.
Fungsi Bimbingan dan Konseling
Beberapa fungsi Bimbingan dan Konseling adalah :
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.
3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya.
4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli.
7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak).
9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. (Engels, 2005)
Di dalam terapi ataupun konseling anak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1.            Apa focus dari intervensi yang dilakukan? Apakah focus dari konseling akan melibatkan anak sebagai klien ataupun juga akan membangun kesepahaman pada orang tuanya juga.
2.            Apakah ada bukti untuk mendukung, seleksi dari pendekatan teraputi?. Apakah ada bukti yang didapat dari proses assesmen untuk mendukung, terapi ataupun menyarankan kepada terapis.
3.            Apa dampak terapi terhadap proses perkembangan anak ataupun pengaruh perkembangan terhadap proses terapi? Apakah terapi akan mempengaruhi perkembangannya, ataupun proses perkembangan dalam usia dan tahapan tertentu berpengaruh terhadap jenis dan atau proses terapi itu sendiri.
Kesehatan Mental Anak
Konseling pada anak di Negara maju biasanya dilakukan pada anak-anak yang mengalami masalah mental ataupun justru sudah mengarah ke gangguan mental. Biasanya ada dua masalah utama yang terjadi pada anak, biasanya adalah factor yang mempengaruhi eksternal anak missal perilaku agresif dan atau yang biasa terjadi di internal anak itu sendiri misalnya kecemasan.
Ada 4 pendekatan utama dalam konseling anak :
1. Komunitas
2. Family
3. Group
4. Individu
Anak dalam Terapi.
Biasanya terjadi dua eror yang mendasar yakni bahwa terbawa bahwa asumsi gangguan pada anak itu sama dengan orang dewasa sehingga si konselor terbawa dengan gaya orang dewasa. Dan bahwa masalah pada anak bisa diselesaikan dengan cara yang sama tanpa mengindahkan proses perkembangannya.
Untuk Konseling anak vital untuk diketahui konselor adalah, kapasitas self-reflection dari anak yang dipengaruhi proses kematangan juga secara biologis, pengalaman sosial baik dalam keluarga maupun lingkungan yang memberikan pengaruh cukup besar, dan juga kemampuan kognisi anak.
Intervensi secara kontekstual.
Psikoterapi secara individu pada anak memiliki sejarah yang panjang, dan apapun pendekatan teraputik yang actual, berbagi asumsi dasar yang tertuju sebagai sebuah kontak langsung dengan anak para terapis bisa menghasilkan pengalaman korektiv semacam catarsis, insight, pengkondisian kembali perilaku dll, dimana akan menghilangkan masalah pada anak. Walaupun, pertanyaan tentang efektivitas atau kebijaksanaan dari melihat anak dalam isolasi neningkat dari 1960 onawards. Shirk (1999) menyimpulkan bahwa pemikiran terkini menyatakan bahwa terapi tidak bisa dipaksakan tetapi juga harus memperhatikan isu-isu konteks social, konteks keluarga biasa, dimana anak itu bertumbuh kembang.
KEEFEKTIFAN TERAPI ANAK-ANAK
Kebanyakan dari terapi-terapi psikologi dilaporkan dalam literature terapi anak-anak, tetapi kebanyakan digambarkan sangat buruk dan tidak di evaluasi secara spesifik. Kemudian dilakukan beberapa penelitian-penelitian untuk meneliti keefektifan dari treatment-treatment yang ada. Penelitian itu ditemukan fakta-fakta dari beberapa metodologi seperti :
1. sampel yang tidak spesifik
2. kemangkiran dari control kelompok
3. hanya menggunakan ukuran pemasukan umum
4. kegagalan memonitor integritas treatment
5. Kemangkiran dari follow up yang berarti
Pendekatan Perilaku dan Kognitif
Banyak penelitian secara empiris yang mengevaluasi metode dari keefektifan perilaku pada anak disbanding pendekatan klinik. Bagaimanapun hal yang utama dari pembelajaran tidak hanya pendekatan secara langsung dengan anak tetapi pekerjaan tiga serangkai. Maksudnya disini para terapi turut melibatkan orang tua dengan cara hanya memberikan saran kepada orang tua dan yang melakukan tindakan kepada anak adalah orang tua itu sendiri. Jadi tidak hanya terapi yang turun langsung untuk menangani anak tersebut. Contoh lain adalah dengan menggunakan teori modeling yaitu dengan menjadikan orang tua sebagai role model untuk merubah perilaku anak. Dimana pada saat masa kanak-kanak anak lebih sering mencontoh orang terdekat yaitu orang tua. Teori kognitif perilaku lebih menekankan pada perilaku.
Pendekatan Psikoterapi


Banyak aktivitas terapi menampilkan psikoterapi anak hanya untuk menjadi sebuah promosi. Disini lebih ditekankan kepada latihan-latihan dengan menggunakan tiga dimensi, yaitu:
1. treatment dengan langsung dan tidak langsung
2. interpretasi dan dukungan
3. komunikasi verbal atau tidak langsung.
Rangkuman
Penutup ini dapat digambarkan dari bervariasinya meta-analisis dari keefektifan terapi anak.
1. Psikoterapi dalam beberapa bentuk adalah treatment yang lebih baik digunakan untuk banyak masalah dari masa kanak-kanak, meliputi penolakan sosial, agresi, kecemasan, dll
2. Perbedaan dari treatment-treatment untuk merawat pendekatan perilaku daripada pendekatan non perilaku.
Dengan terapi-terapi kecil kita bisa lebih menghargai superior gains.
1. Spesifikasi tehnik untuk berubah telah digunakan
2. Tujuan treatment lebih tegas dan terdefinisi
3. Lebih fokus kepada perilaku yang tampak
4. Lebih melihat kepada perilaku individu anak.
5. Terapi lebih berfokus pada masa sekarang bukan masa lampau
KARAKTERISTIK TERAPIS
Sering dikatakan bahwa karakteristik terapis berhubungan dengan terapis yang baik dalam melakukan parktek. Dalam penelitianya tentang hal ini, kolvin (1981) menemukan bahwa terapis yang berkepribadian ekstovert, asertif, dan terbuka sangat berhubungan dengan hasil treatmen yang positif.Namun terapis traditional yang mengandalkan empati, kehangatan dan keaslian malah dianggap tidak memberikan hasil treatment yang positif.
Meskipun begitu beberapa ahli berpendapat terapis yang efektif adalah sebagai berikut :
1. Terapis mendapatkan pelatihan formal tentang terapi.
2. Terapis memiliki kemampuan interpersonal yang fleksibel.
3. Terapis dapat memunculkan pengharapan yang positive pada terapi terhadap anak.
Karakteristik Anak
Setiap penelitian yang telah dilakukan oleh ahli-ahli psikologi dan setiap pakar klinis telah mengetahui bahwa tak ada satu pendekatan terapeutik yang efektif diterapkan pada anak. Pada umumnya mereka menggabungkan berbagai penekatan terapeutik yang ada. Selain itu, banyak juga factor-faktor lain yang mempengaruhi penanganan terhadap anak, seperti : karakteristik masalah, variable-variabel kontekstual. Selain itu karakteristik individual juga mempengaruhi seperti : gender, umur, dan kemampuan masing-masing anak.
Penelitian meta-analytic yang dilakukan oleh Blagg (1992) terhadap pendekatan psikodinamika dan pendekatan perilaku dalam mengatasi aksi mogok sekolah pada anak menunjukan bahwa terapi tersbut cocok digunakan untuk anak yang berusi antara &-10 tahun. Sedangkan untuk anak yang berusia 11-16 tahun hasil teratmen yang telah dilakukan dengan kedua pendekatan tersebut sangat tidak dapat diprediksikan.
Kesimpulan
Psikolog konseling dengan berbagai penelitian yang dilakukan, telah sepakat berpendapat bahwa tidak ada treatmen tertentu yang sangat superior dibandingkan dengan pendekatan yang lain. Meskipun begitu, pertanggungjawaban psikolog konseling dalam praktek terapeutiknya harus ditingkatkan selalu. Psikolog konseling harus senantiasa memperbaharui apa yang ia ketahui sekarang. Bekerja pada area anak-anak berarti mengkombinasikan pengetahuan tentang perkembangan anak, penegetahuan tentang penelitian dalam area yang lebih spedifik seperti : perceraian orang tua, kematian / kehilangan orang tua dan pengetahuan tentang treatment yang efektif.
Perbedaan dalam Kapasitas Perkembangan
Psikologi perkembangan telah membuka cakrawala pengetahuan kita dan membantu memahami tentang kognitif dan perubahan social pada anak-anak. Namun psikolog konseling harus memperhatikan bahwa perkembangan setiap anak berbeda-beda dan sangatlah unik. Maka dari itu data normative hanya dapat digunakan sebagai point pembanding tiap anak. Dalam faktanya kita harus menghargai bahwa lingkungan anak dan pengalaman dapat meningkatkan atau bahkan menghambat kemampuan anak.
Sebagai contoh ialah : sebuah studi tentang dua anak yang sama-sama mejadi korban perceraian kedua orang tuanya. Dari studi tersebut diketahui bahwa anak yang sebelumnya pernah menjadi korban perceraian orang tua, dan sekarang menjadi korban untuk yang kedua kalinya, mempunyai perbendaharaan kata yang lebih banyak dalam mengungkapkan istilah-istilah dalam perceraian. Sedangkan anak yang baru pertama kali menjadi korban perceraian orang tua ternyata hanya memnpunyai perbendaharaan kata yang sedikit bahkan dalam kasus tertentu tidak mempunyai perbendaharaan kata dalam istilah-istilah perceraian.
· Masa Kecil dan Masa kanak-kanak awal ( 0 - 4 tahun )
1. Mulai berperilaku dengan tujuan. Ex : mengulangi perilaku yang menyenangkan.
2. Telah mengerti tentang kepermanenan objek.
3. Dapat memecahkan problem yang sederhana.
4. Muncul perilaku Trial and Error.
· Masa awal sekolah ( 4 - 7 tahun )
1. Sudah memiliki kemampuan menggunakan symbol.
2. Belum mengerti tentang prinsip konservasi.
3. Jalan pikiran tidak dapat diubah ( Irreversible ).
· Masa Kanak-kanak Akhir ( 8 – 12 tahun )
1. Tidak banyak mengalami kesukaran dengan problem konservasi karena telah memiliki reversibility.
2. Mempunyai kemampuan berpikir secara logis, sehingga dapat menarik kesimpulan berdasar nalar, tidak hanya berdasar persepsi.
3. Berpikir secara logis tidak hanya pada objek yang nyata, namun pada objek yang bersifat hipotetik dan abstrak.
· Masa Dewasa
1. Mampu berfikir secara abstrak.
2. Mulai membangun konsep tentang “siapa dirinya”
3. Mulai memikirkan tentang peran dalam lingkungan social.
STATUS PERKEMBANGAN, KEMAMPUAN PERKEMBANGAN, DAN PILIHAN PENDEKATAN TERAPUTIK
Jika merunut pada perubahan kapasitas sosio cultural yang terjadi pada anak, hal tersebut menjelaskan pada kita bahwa metode dan pendekatan teraputik menimbulkan adanya perbedaan level tuntutan pada kemampuan perkembangan. Oleh karena itu sangat dimungkinkan untuk ditelaah kembali apa yang menjadi pendekatan teraputik utama serta juga seberapa jauh pengaruh yang mereka dapat sesuai dengan fase dari perkembangan selama anak-anak.
Anak yang masih sangat kecil belum mempunyai kapasitas untuk memasuki berbagai macam pendekatan teraputik yang berdasar pada refleksi diri serta evaluasi diri. Terlebih lagi, anak kecil belum mempunyai kapasitas perkembangan yang memadai untuk mempelajarai masalah “dunia” atau “mereka sendiri” yang disampaikan melalui bahasa verbal atau proses kognitif. Anak-anak pada fase ini belajar melalui proses pengulangan, aktifitas, proses pengalaman yang terjadi dalam konteks yang masih aman, serta proses menjalin relasi dengan orang lain.
Bentuk intervensi paing umum pada usia ini haruslah secara tidak langsung dan harus menyertakan elemen dari konseling perkembangan (yang menjelaskan tentang perilaku) dan nasihat pada respon orang tua terutama dalam hal perhatian pada anak. Dalam hal hubungan teraputik, haruslah ada dukungan dan afirmasi dari kompetensi dari orang tua.
Ada beberapa pendekatan atau metode memahami hubungan teraputik terhadap anak:
A. Metode behavioral
Hubungan ini diciptakan melalui aktivitas teraputik khusus yang dapat dikarakteristikan secar terstruktur, langsung berfokus pada masalah serta bersifat menentukan. Pendekatan ini tidak membutuhkan insight pada motif, kesadaran akan perasaan dan bahkan pemahaman akan rasionalisasi dari intervensi itu sendiri.
B. Metode cognitive-behavioral
Pendekatan kognitif behavioral ini terdiri dari beberapa tingkatan. Pada timgkatan yang paling sederhana, teknik yang digunakan adalah strategi pengendalian diri seperti instructional talking, penguatan diri, manajemen kognitif terhadapa kecemasan, dan yang masih tetap dibutuhkan adalah bahwa anak-anak telah mampu dan layak sesuai dengan perkembangannya untuk dapat melakukan monitoring diri.
Level yang lebih tinggi adalah taknik CBT (Cognitive behavioral therapy), contohnya adalah pendekatan pemecahan masalah secara interpersonal. Pendekatan ini mulai dapat diaplikasikan ketika anak sudah menginjak usia perkembangan 8-12 tahun. Pada usia tersebut anak biasanya sudah mulai melakukan perhitungan/pertimbangan terhadap perspektif atau pendapat orang lain.
C. Metode Psikoteraputik
Pendekatan ini menekankan pada perubahan yang terjadi pada anak-anak melalui penmgalaman hubungan teraputik itu sendiri, juga dapat melalui penggunaan proses saling koreksi, pengalaman emosional, melalui interpretasi dan perkembangan yang meningkat seiring dengan peningkatan insight personal dan kesadaran diri.
Pada usia di bawah 7 tahun, anak-anak cenderung tidak suka untuk secara sering bertemu dengan terapis. Padahal hubungan berkenaan dengan proses konseling ini setidaknya membutuhkan waktu sekali dalam seminggu untuk membangun sebuah hubungan yang dapat berlangsung secara lama.
Dari beberapa pendekatan di atas, ada beberapa fakta yang menunjukkan bahwa ketika kita menggunakan metode kognitif behavioral hal tersebut sangatlah didukung akan tetapi model tersebut sering terlihat tidak sesuai dengan penampilan anak. Anak sering merasa bingung, mungkin dalam penolakan, dan mungkin akan tidak yakin bagaimana perubahan besar dalam dirinya akan berpengaruh terhadap dirinya. Yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah konselor harus menggunakan konstruk teori mengenai konsep diri dan menggunakannya sebagai alat untuk membuka pembicaraan agar anak timbul rasa percaya dan yakin bahwa kognitif behavior dapat diaplikasikan dengan kemungkinan berhasil yang tinggi.

Kaki Langit

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar