Hai teman teman semuanya.Pena lagi disibukkan dengan segudang tugas kuliah.Ini adalah salah satu tugas kuliah pena.Semoga bermanfaat ya buat kalian semuanya.


Konseling anak adalah proses yang terjadi antara anak dan seorang konselor yang membantu anak-anak untuk memahami apa yang telah terjadi kepada mereka. Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak untuk sembuh dan kembali rasa percaya dirinya. Selama konseling, seorang anak didorong untuk dapat menyatakan perasaan mereka. Pemikiran dan perasaan yang tetap dan tak terungkapkan cenderung menjadi semakin akut dan dapat menimbulkan masalah jangka panjang (www.secasa.com.au).
Konseling anak menawarkan tempat yang aman untuk berbicara tentang hal-hal yang sulit. Anak-anak sering merasa sulit untuk berbicara dengan pada orang dewasa yang peduli mereka, padahal anak ingin dilindungi oleh orang dewasa. Mereka merasa sudah cukup dianggap bertanggung jawab untuk dewasa dari setiap hal yang dilakukannya. Konseling menawarkan kesempatan untuk melakukan kepercayaan internal dan perasaan eksternal dan karena itu lebih dapat diatur. Konseling dapat memberikan pengertian pada anak-anak bahwa hubungan itu adalah sangat berharga. Dalam konseling, mereka memiliki beberapa kekuasaan dan dapat membuat pilihan atas apa yang ia lakukan. Konseling anak juga dapat memberikan anak suatu hubungan dengan orang dewasa di mana mereka lebih dapat dipercaya.
Fungsi Bimbingan dan Konseling
Beberapa fungsi Bimbingan dan Konseling adalah :
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.
3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya.
4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli.
7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak).
9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. (Engels, 2005)
Di dalam terapi ataupun konseling anak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1.            Apa focus dari intervensi yang dilakukan? Apakah focus dari konseling akan melibatkan anak sebagai klien ataupun juga akan membangun kesepahaman pada orang tuanya juga.
2.            Apakah ada bukti untuk mendukung, seleksi dari pendekatan teraputi?. Apakah ada bukti yang didapat dari proses assesmen untuk mendukung, terapi ataupun menyarankan kepada terapis.
3.            Apa dampak terapi terhadap proses perkembangan anak ataupun pengaruh perkembangan terhadap proses terapi? Apakah terapi akan mempengaruhi perkembangannya, ataupun proses perkembangan dalam usia dan tahapan tertentu berpengaruh terhadap jenis dan atau proses terapi itu sendiri.
Kesehatan Mental Anak
Konseling pada anak di Negara maju biasanya dilakukan pada anak-anak yang mengalami masalah mental ataupun justru sudah mengarah ke gangguan mental. Biasanya ada dua masalah utama yang terjadi pada anak, biasanya adalah factor yang mempengaruhi eksternal anak missal perilaku agresif dan atau yang biasa terjadi di internal anak itu sendiri misalnya kecemasan.
Ada 4 pendekatan utama dalam konseling anak :
1. Komunitas
2. Family
3. Group
4. Individu
Anak dalam Terapi.
Biasanya terjadi dua eror yang mendasar yakni bahwa terbawa bahwa asumsi gangguan pada anak itu sama dengan orang dewasa sehingga si konselor terbawa dengan gaya orang dewasa. Dan bahwa masalah pada anak bisa diselesaikan dengan cara yang sama tanpa mengindahkan proses perkembangannya.
Untuk Konseling anak vital untuk diketahui konselor adalah, kapasitas self-reflection dari anak yang dipengaruhi proses kematangan juga secara biologis, pengalaman sosial baik dalam keluarga maupun lingkungan yang memberikan pengaruh cukup besar, dan juga kemampuan kognisi anak.
Intervensi secara kontekstual.
Psikoterapi secara individu pada anak memiliki sejarah yang panjang, dan apapun pendekatan teraputik yang actual, berbagi asumsi dasar yang tertuju sebagai sebuah kontak langsung dengan anak para terapis bisa menghasilkan pengalaman korektiv semacam catarsis, insight, pengkondisian kembali perilaku dll, dimana akan menghilangkan masalah pada anak. Walaupun, pertanyaan tentang efektivitas atau kebijaksanaan dari melihat anak dalam isolasi neningkat dari 1960 onawards. Shirk (1999) menyimpulkan bahwa pemikiran terkini menyatakan bahwa terapi tidak bisa dipaksakan tetapi juga harus memperhatikan isu-isu konteks social, konteks keluarga biasa, dimana anak itu bertumbuh kembang.
KEEFEKTIFAN TERAPI ANAK-ANAK
Kebanyakan dari terapi-terapi psikologi dilaporkan dalam literature terapi anak-anak, tetapi kebanyakan digambarkan sangat buruk dan tidak di evaluasi secara spesifik. Kemudian dilakukan beberapa penelitian-penelitian untuk meneliti keefektifan dari treatment-treatment yang ada. Penelitian itu ditemukan fakta-fakta dari beberapa metodologi seperti :
1. sampel yang tidak spesifik
2. kemangkiran dari control kelompok
3. hanya menggunakan ukuran pemasukan umum
4. kegagalan memonitor integritas treatment
5. Kemangkiran dari follow up yang berarti
Pendekatan Perilaku dan Kognitif
Banyak penelitian secara empiris yang mengevaluasi metode dari keefektifan perilaku pada anak disbanding pendekatan klinik. Bagaimanapun hal yang utama dari pembelajaran tidak hanya pendekatan secara langsung dengan anak tetapi pekerjaan tiga serangkai. Maksudnya disini para terapi turut melibatkan orang tua dengan cara hanya memberikan saran kepada orang tua dan yang melakukan tindakan kepada anak adalah orang tua itu sendiri. Jadi tidak hanya terapi yang turun langsung untuk menangani anak tersebut. Contoh lain adalah dengan menggunakan teori modeling yaitu dengan menjadikan orang tua sebagai role model untuk merubah perilaku anak. Dimana pada saat masa kanak-kanak anak lebih sering mencontoh orang terdekat yaitu orang tua. Teori kognitif perilaku lebih menekankan pada perilaku.
Pendekatan Psikoterapi


Banyak aktivitas terapi menampilkan psikoterapi anak hanya untuk menjadi sebuah promosi. Disini lebih ditekankan kepada latihan-latihan dengan menggunakan tiga dimensi, yaitu:
1. treatment dengan langsung dan tidak langsung
2. interpretasi dan dukungan
3. komunikasi verbal atau tidak langsung.
Rangkuman
Penutup ini dapat digambarkan dari bervariasinya meta-analisis dari keefektifan terapi anak.
1. Psikoterapi dalam beberapa bentuk adalah treatment yang lebih baik digunakan untuk banyak masalah dari masa kanak-kanak, meliputi penolakan sosial, agresi, kecemasan, dll
2. Perbedaan dari treatment-treatment untuk merawat pendekatan perilaku daripada pendekatan non perilaku.
Dengan terapi-terapi kecil kita bisa lebih menghargai superior gains.
1. Spesifikasi tehnik untuk berubah telah digunakan
2. Tujuan treatment lebih tegas dan terdefinisi
3. Lebih fokus kepada perilaku yang tampak
4. Lebih melihat kepada perilaku individu anak.
5. Terapi lebih berfokus pada masa sekarang bukan masa lampau
KARAKTERISTIK TERAPIS
Sering dikatakan bahwa karakteristik terapis berhubungan dengan terapis yang baik dalam melakukan parktek. Dalam penelitianya tentang hal ini, kolvin (1981) menemukan bahwa terapis yang berkepribadian ekstovert, asertif, dan terbuka sangat berhubungan dengan hasil treatmen yang positif.Namun terapis traditional yang mengandalkan empati, kehangatan dan keaslian malah dianggap tidak memberikan hasil treatment yang positif.
Meskipun begitu beberapa ahli berpendapat terapis yang efektif adalah sebagai berikut :
1. Terapis mendapatkan pelatihan formal tentang terapi.
2. Terapis memiliki kemampuan interpersonal yang fleksibel.
3. Terapis dapat memunculkan pengharapan yang positive pada terapi terhadap anak.
Karakteristik Anak
Setiap penelitian yang telah dilakukan oleh ahli-ahli psikologi dan setiap pakar klinis telah mengetahui bahwa tak ada satu pendekatan terapeutik yang efektif diterapkan pada anak. Pada umumnya mereka menggabungkan berbagai penekatan terapeutik yang ada. Selain itu, banyak juga factor-faktor lain yang mempengaruhi penanganan terhadap anak, seperti : karakteristik masalah, variable-variabel kontekstual. Selain itu karakteristik individual juga mempengaruhi seperti : gender, umur, dan kemampuan masing-masing anak.
Penelitian meta-analytic yang dilakukan oleh Blagg (1992) terhadap pendekatan psikodinamika dan pendekatan perilaku dalam mengatasi aksi mogok sekolah pada anak menunjukan bahwa terapi tersbut cocok digunakan untuk anak yang berusi antara &-10 tahun. Sedangkan untuk anak yang berusia 11-16 tahun hasil teratmen yang telah dilakukan dengan kedua pendekatan tersebut sangat tidak dapat diprediksikan.
Kesimpulan
Psikolog konseling dengan berbagai penelitian yang dilakukan, telah sepakat berpendapat bahwa tidak ada treatmen tertentu yang sangat superior dibandingkan dengan pendekatan yang lain. Meskipun begitu, pertanggungjawaban psikolog konseling dalam praktek terapeutiknya harus ditingkatkan selalu. Psikolog konseling harus senantiasa memperbaharui apa yang ia ketahui sekarang. Bekerja pada area anak-anak berarti mengkombinasikan pengetahuan tentang perkembangan anak, penegetahuan tentang penelitian dalam area yang lebih spedifik seperti : perceraian orang tua, kematian / kehilangan orang tua dan pengetahuan tentang treatment yang efektif.
Perbedaan dalam Kapasitas Perkembangan
Psikologi perkembangan telah membuka cakrawala pengetahuan kita dan membantu memahami tentang kognitif dan perubahan social pada anak-anak. Namun psikolog konseling harus memperhatikan bahwa perkembangan setiap anak berbeda-beda dan sangatlah unik. Maka dari itu data normative hanya dapat digunakan sebagai point pembanding tiap anak. Dalam faktanya kita harus menghargai bahwa lingkungan anak dan pengalaman dapat meningkatkan atau bahkan menghambat kemampuan anak.
Sebagai contoh ialah : sebuah studi tentang dua anak yang sama-sama mejadi korban perceraian kedua orang tuanya. Dari studi tersebut diketahui bahwa anak yang sebelumnya pernah menjadi korban perceraian orang tua, dan sekarang menjadi korban untuk yang kedua kalinya, mempunyai perbendaharaan kata yang lebih banyak dalam mengungkapkan istilah-istilah dalam perceraian. Sedangkan anak yang baru pertama kali menjadi korban perceraian orang tua ternyata hanya memnpunyai perbendaharaan kata yang sedikit bahkan dalam kasus tertentu tidak mempunyai perbendaharaan kata dalam istilah-istilah perceraian.
· Masa Kecil dan Masa kanak-kanak awal ( 0 - 4 tahun )
1. Mulai berperilaku dengan tujuan. Ex : mengulangi perilaku yang menyenangkan.
2. Telah mengerti tentang kepermanenan objek.
3. Dapat memecahkan problem yang sederhana.
4. Muncul perilaku Trial and Error.
· Masa awal sekolah ( 4 - 7 tahun )
1. Sudah memiliki kemampuan menggunakan symbol.
2. Belum mengerti tentang prinsip konservasi.
3. Jalan pikiran tidak dapat diubah ( Irreversible ).
· Masa Kanak-kanak Akhir ( 8 – 12 tahun )
1. Tidak banyak mengalami kesukaran dengan problem konservasi karena telah memiliki reversibility.
2. Mempunyai kemampuan berpikir secara logis, sehingga dapat menarik kesimpulan berdasar nalar, tidak hanya berdasar persepsi.
3. Berpikir secara logis tidak hanya pada objek yang nyata, namun pada objek yang bersifat hipotetik dan abstrak.
· Masa Dewasa
1. Mampu berfikir secara abstrak.
2. Mulai membangun konsep tentang “siapa dirinya”
3. Mulai memikirkan tentang peran dalam lingkungan social.
STATUS PERKEMBANGAN, KEMAMPUAN PERKEMBANGAN, DAN PILIHAN PENDEKATAN TERAPUTIK
Jika merunut pada perubahan kapasitas sosio cultural yang terjadi pada anak, hal tersebut menjelaskan pada kita bahwa metode dan pendekatan teraputik menimbulkan adanya perbedaan level tuntutan pada kemampuan perkembangan. Oleh karena itu sangat dimungkinkan untuk ditelaah kembali apa yang menjadi pendekatan teraputik utama serta juga seberapa jauh pengaruh yang mereka dapat sesuai dengan fase dari perkembangan selama anak-anak.
Anak yang masih sangat kecil belum mempunyai kapasitas untuk memasuki berbagai macam pendekatan teraputik yang berdasar pada refleksi diri serta evaluasi diri. Terlebih lagi, anak kecil belum mempunyai kapasitas perkembangan yang memadai untuk mempelajarai masalah “dunia” atau “mereka sendiri” yang disampaikan melalui bahasa verbal atau proses kognitif. Anak-anak pada fase ini belajar melalui proses pengulangan, aktifitas, proses pengalaman yang terjadi dalam konteks yang masih aman, serta proses menjalin relasi dengan orang lain.
Bentuk intervensi paing umum pada usia ini haruslah secara tidak langsung dan harus menyertakan elemen dari konseling perkembangan (yang menjelaskan tentang perilaku) dan nasihat pada respon orang tua terutama dalam hal perhatian pada anak. Dalam hal hubungan teraputik, haruslah ada dukungan dan afirmasi dari kompetensi dari orang tua.
Ada beberapa pendekatan atau metode memahami hubungan teraputik terhadap anak:
A. Metode behavioral
Hubungan ini diciptakan melalui aktivitas teraputik khusus yang dapat dikarakteristikan secar terstruktur, langsung berfokus pada masalah serta bersifat menentukan. Pendekatan ini tidak membutuhkan insight pada motif, kesadaran akan perasaan dan bahkan pemahaman akan rasionalisasi dari intervensi itu sendiri.
B. Metode cognitive-behavioral
Pendekatan kognitif behavioral ini terdiri dari beberapa tingkatan. Pada timgkatan yang paling sederhana, teknik yang digunakan adalah strategi pengendalian diri seperti instructional talking, penguatan diri, manajemen kognitif terhadapa kecemasan, dan yang masih tetap dibutuhkan adalah bahwa anak-anak telah mampu dan layak sesuai dengan perkembangannya untuk dapat melakukan monitoring diri.
Level yang lebih tinggi adalah taknik CBT (Cognitive behavioral therapy), contohnya adalah pendekatan pemecahan masalah secara interpersonal. Pendekatan ini mulai dapat diaplikasikan ketika anak sudah menginjak usia perkembangan 8-12 tahun. Pada usia tersebut anak biasanya sudah mulai melakukan perhitungan/pertimbangan terhadap perspektif atau pendapat orang lain.
C. Metode Psikoteraputik
Pendekatan ini menekankan pada perubahan yang terjadi pada anak-anak melalui penmgalaman hubungan teraputik itu sendiri, juga dapat melalui penggunaan proses saling koreksi, pengalaman emosional, melalui interpretasi dan perkembangan yang meningkat seiring dengan peningkatan insight personal dan kesadaran diri.
Pada usia di bawah 7 tahun, anak-anak cenderung tidak suka untuk secara sering bertemu dengan terapis. Padahal hubungan berkenaan dengan proses konseling ini setidaknya membutuhkan waktu sekali dalam seminggu untuk membangun sebuah hubungan yang dapat berlangsung secara lama.
Dari beberapa pendekatan di atas, ada beberapa fakta yang menunjukkan bahwa ketika kita menggunakan metode kognitif behavioral hal tersebut sangatlah didukung akan tetapi model tersebut sering terlihat tidak sesuai dengan penampilan anak. Anak sering merasa bingung, mungkin dalam penolakan, dan mungkin akan tidak yakin bagaimana perubahan besar dalam dirinya akan berpengaruh terhadap dirinya. Yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah konselor harus menggunakan konstruk teori mengenai konsep diri dan menggunakannya sebagai alat untuk membuka pembicaraan agar anak timbul rasa percaya dan yakin bahwa kognitif behavior dapat diaplikasikan dengan kemungkinan berhasil yang tinggi.



Hai teman teman semuanya.Pena lagi disibukkan dengan segudang tugas kuliah.Ini adalah salah satu tugas kuliah pena.Semoga bermanfaat ya buat kalian semuanya.

KONSEP DIRI
Anak: pribadi yang tergantung
Orang dewasa: bukan pribadiyang tergantung, tapi pribadi yang matang secara psikologis.

PENGALAMAN
Anak : Sangat sedikit
Orang dewasa: kaya/banyak pengalaman

KESIAPAN BELAJAR
Pedagogi: Guru menentukan, apa yang akan dipelajri, di mana, kapan
Andragogi: Peserta menentukan: apa yang perlu dipelajari

ORIENTASI BELAJAR
Anak: menunda aplikasi apa yang dipelajari
orang dewasa: cenderung ingin secepatnya mengaplikasikan

Implikasi konsep diri orang dewasa thd pembelajaran
1.    Iklimbelajar: ruangan
2.    Pesertadiikutsertakandalammendiagnosiskebutuhanbelajarnya
3.    Pesertadiikutsertaandalamperencanaan
4.    Evaluasi: evaluasidiri

Implikasi dari Asumsi ttg Pengalaman
1.    TEKNIK YG SIFATNYA MENYADAP PENGALAMAN: sepertidiskusi, studikasus,simulasi, metodeproyek, praktek, demonstrasi,…..
2.    Aplikasipraktis
3.    Belajardaripengalaman
Implikasi Tentang Kesiapan Belajar
Kurikulum/Program Disusun Berdasarkan Tugas Perkembangan.
J. Havigust: sbgpekerja,kawan, orang tua, kepala rumah tangga, anggota organisasi, kawan sekerja, anggota keagamaan, pemakai waktu luang, anak dari orang tua yang sudah berumur.
* Belajar kelompok


Implikasi Dari Asumsi Tentang Orientasi Belajar
1.    Pendidik orang dewasabukanlahberperansbg guru ygmengajarmapeltetapisbgpemberibantuankpdygbelajar
2.    Kur/program berorientasipadamasalah
3.    Pengl.belajarygdirancangberdasarkanpadaperhatian/masalahygadadlmbenaknya

Asumsi Tambahan
1.    Adults can learn (orang dewasadapatbelajar)
2.    Learning is an internal process (belajaradalahsuatu proses daridalam)
3.    Conditions of learning and principles of teaching (kondisi-kondisibelajardanprinsip-prinsippembelajaran)

Dewasasecara biologis: telah mampu melakukan reproduksi

Secara sosial: mampu melakukan peran-peran sosial yg biasa dibebankan orang dewasa

Secara psikologis: memiliki tanggung jawab thd. Kehidupan dan keputusan yg diambil

Dewasa
Dari segi umur: usia 21 th (meskipun belum menikah) atau sejak seorang menikah (meskipun belum berusia 21 th).

Dari segi kejiwaandewasa ditunjukkan adanya kematangan: merupakan proses pendidikan yang terorganisir di luarsekolahdengan berbagai bahan belajar, tingkatan, dan metode baik yang bersifat resmi maupun tidak meliputi upaya kelanjutan atau perbaikan pendidikan yang diperoleh dari sekolah, akademi, universitas atau magang.

Pendidikan orang dewasa
Pendidikan yang ditujukan untuk peserta didik yang telah dewasa untuk memenuhi tuntutan tugas tertentu dalam kehidupannya.

Pendidikan orang dewasa (ahli behaviorisme)
Pendidikan orang dewasa adalah perubahan tingkah laku orang dewasa yang diakibatkan oleh situasi pendidikan tertentu.

Pendidikan orang dewasa(ahli humanisme)
pendidikan orang dewasa ditujukan kepada usaha untuk membimbing dan mengarahkan pertumbuhan serta perkembangan yang terjadi pada diri orang dewasa.

Jenis Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan berkelanjutan (continuingeducation)
Pendidikan perbaikan (correctiveeducation)
Pendidikan populer (popular education)
Pendidikan kehidupan keluarga (familylifeeducation)
Pendidikan kader

pendidikan berkelanjutan
Mempelajari pengetahuan, keterampilan lanjutan sesuai dengan perkembangan kebutuhan belajar pada diri orang dewasa.-tuj memperbaiki dan meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan serta profesi….
contoh: pelatihan, penataran, lokakarya,…..

pendidikanperbaikan
Kesempatanbelajar yang disajikanbagi orang dewasa yang memulaiusiatuadengantujuan agar merekadapatmengisikekuranganpendidikannyaygtidaksempatdiperolehpadausiamuda.

pendidikan populer
Pendidikan yg dimaksudkan bagi od dan orang tua dg tujuan agar mereka dapat mengenal perubahan-perubahan dan variasi dalam kehidupan sehari-hari.

pendidikan kader
·         kegiatanpendidikan yang diselenggarakanpadaumumnyaolehlembaga, organisasiatauperkumpulanygkegiatannyadibidangpolitik, ekonomi, kepemudaan, kesehatan, dll.
·         tujuannyauntukmembinadanmeningkatkankemampuankelompoktertentuyaitukader-demi kepentinganmisilembagaybs.

Faktor yang mempengaruhi belajar orang dewasa

hambatan fisiologik
penglihatan (intensitas penglihatan, jarak penglihatan dekat & jauh, kemampuan membedakan warna, ketelitian penglihatan,…)
pendengaran (kejelasan pendengaran, diskriminasi nada)
faktor psikologik
orang dewasa tidak diajar –dimotivasi
belajar bagi orang dewasa merupakan proses yang menyakitkan
mengalami sesuatu

sikap pendidik/pembimbing orang dewasa(williamgoldenjr)
empathy
kewajaran
respek
komitmen dan kehadiran
mengakui kehadiran orang lain
membuka diri



Faktor yang mempengaruhi sikap dan peran pembimbing orang dewasa
tujuan dan rancangan pendidikan
lamanya pendidikan
komposisi peserta
harapan peserta
harapan penyelenggara
profesi pembimbing
keadaan pembimbing

Proses Belajar Mengajar Andragogis
Menciptakan iklim belajar yang kondusif
Penciptaan struktur organisasi untuk perencanaan bersama (kel bel)
Mendiagnosis kebutuhan belajar
Merumuskan tujuan
Mengembangkan rancangan kegiatan belajar
Melaksanakan kegiatan belajar
Mendiagnosis kembali kebutuhan belajar (evaluasi)

Lingkungan yang edukatif(knowles)
menghargaikepribadian
partisipasidalampembuatankeputusan
kebebasandalammenyatakanperasaandankemudahanmemperolehinformasi
tanggungjawabbersamadalammenetapkantujuan, melaksanakankegiatandanmenilai.

Pedagogy
paedagogy: seni atau ilmu untuk menjadi seorang guru. Istilah ini umumnya merujuk pada strategi-strategi pengajaran, atau corak/gaya (style) pengajaran.
Pedagogi kadang-kadang juga dirujuk pada suatu penggunaan secara tepat strategi-strategi mengajar. Misalnya, Paulo Freiremerujuk metode mengajar orang dewasanya sebagai "criticalpedagogy”

Pendidikan orang dewasa adalah suatu proses belajaryang sistematis dan berkelanjutan pada orang yang berstatus dewasa dengantujuan untuk mencapai perubahan padapengetahuan, sikap, nilai danketerampiolan. Kondisi-kondisi yang dapat ditimbulkan dari definisi itu adalah: 1)Orang dewasa termotivasi untuk belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatmereka; 2) Orientasi belajar bagi orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan;3) Pengalaman sebagai sumber kekayaan untuk belajar orang dewasa; 4) Orangdewasa mengharapkan berhubungan sendiri dengan kebutuhan yang tepat; 5)Perbedaan individual di antara perorangan berkembang sesuai dengan umurnya.
Knowles (1976) melanjutkan pemahamnan C. Linderman, mengungkapkanbahwa kondisi orang dewasa dalam belajar berbeda dengan anak-anak. Kalaulahpada anak-anak digunakan istilah “padagogy” sehingga diartikan dengan “theartandscienceofteachingchildren” atau ilmu dan seni mengajar anak-anak.Menurut pandangannya, mengapa sampai terjadi perbedaan antara kegiatanbelajar anak-anak dengan orang dewasa, hal tersebut karena orang dewasamemiliki: 1) Konsep diri (The self-concept), 2) Pengalaman hidup (The roleofthelearner’sexperience); 3) Kesiapan belajar (Readinesstolearn); 4) Orientasibelajar (Orientasiontolearning); 5) Kebutuhan pengetahuan (The needtoknow);dan 6) Motivasi (Motivation).
Pendapat-pendapat itu sejalan dengan beberapa definisi yang dikembangkanpara ahli diantaranya adalah: Definisi yang diungkapkan oleh Morgan, Bartonetal (1976) bahwa, pendidikan orang dewasa adalah suatu aktifitas pendidikan yangdilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang hanyamenggunakan sebagian waktu dan tenaganya untuk mendapatkan tambahanintelektual. Sejalan dengan definisi itu, Reevers, Fansler, dan Houle menyatakanbahwa, pendidikan orang dewasa adalah upaya yang dilakukan oleh individudalam rangka pengembangan diri, dimana dilakukan dengan tanpa paksaan(legal).(Suprijanto, 2007:13). UNESCO lebih tajam mendifinisikan pendidikanorang dewasa sebagai suatu proses pendidikan yang terorganisir baik isi, metodedan tingkatannya, baik formal maupun nonformal, yang melanjutkan maupunmenggantikan pendidikan di sekolah, akademi, universitas, dan pelatihan kerjayang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat dapatmengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkankualifikasi teknis maupun profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan padasikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap perkembangan peribadi secarautuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yangseimbang. (TownsendColes, 1977, Sudjana, 2004:50).

B. Sejarah Perkembangan Andragogi
Ditemukannya istilah andragogi dimulai dari tahun 1833, oleh alexanderKapp, Kapp menjelaskan andragogi dengan menggunakan istilah PendidikanOrang Dewasa terutama dalam menjelaskan teori pendidikan yang dilahirkan ahlifilsafat Plato. Secara runtut berikut ini dijelaskan sejarah perkembanganpenggunaan istilah andragogi dari tahun ke tahun sebagai teori pendidikan baru disamping teori pedagogy.
Pada abad 18 sekitar tahun 1833: Alexander Kapp menggunakanistilah Pendidikan Orang Dewasa untuk menjelaskan teori pendidikan yangdikembangkan dan dilahirkan ahli-ahli filsafat seperti Plato. Juga pendidikanorang dewasa Bangsa Belanda GernanEnchevort membuat studi tentang asalmula penggunaan istilah andragogi. Setelah era Kapp, pada abad 19 tepatnyatahun 1919, Adam Smith memberikan sebuah argumentasi tentang pendidikanuntuk orang dewasa “pendidikan juga tidah hanya untuk anak-anak, tetapipendidikan juga untuk orang dewasa”. Tiga tahun setelah Adam Smith tepatnyatahun 1921: EugarRosenstock menyatakan bahwa pendidikan orang dewasameggunakan guru khusus, metode khusus dan filsafat khusus.
Pada tahun 1926: The American For AdultEducationmempublikasikanbahwa pendidikan orang dewasa mendapat sumbangan dari: 1) Aliran ilmiahseperti Edward L Thorndike dan Aliran artistik seperti Edward C. Lindeman.Edward Lindeman menerbitkan buku “MeaningOfAdulEducation” yang padaintinya buku tersebut berisi tentang: 1) Pendekatan Pendidikan orang dewasadimulai dari situasi, 2) Sumber utama pendidikan orang dewasa adalahpengalaman si belajar ia juga menyatakan ada empat asumsi pendidikan orangdewasa, yaitu: (1) orang dewasa termotivasi belajar oleh kebutuhan pengakuan.(2) orientasi orang dewasa belajar adalah berpusat pada kehidupan, (3)pengalaman adalah sumber belajar, (4) pendidikan orang dewasa memperhatikanperbedaan bentuk, wktu, tempat dan lingkungan. Pada perkembangan selanjutnyaEdward C. Lindeman menerbitkan journalofAdultEducation.Pada tahun 1928: Edward L. Thorndikemenyususn buku “AdultLearning” yang merupakan buku P endidikan Orang Dewasa pertama dari aliranScientific. Pada tahun berikutnya tepatnya tahun 1929: Lawrence P. jacks menulisdalam journalAdultofeducation, bahwa pendapatan dan kehidupan adalah duahal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan. Ia mengistilahkan pendidikan orangdewasa (POD) dengan ContinuingSchooldan berbasis pada pendapatan dankehidupan. Tahun 1930: Arceak AB mengenalkan istilah pendidikan sepanjanghayat atau pendidikan seumur hidup dalam rangka pendidikan untuk manusia.
Pada tahun itu Robert D. Leigh menyimpulkan dari hasil studinya dalam journalAdultEducationbahwa belajar orang dewasa sangat berkaitan erat denganpengalaman sehari-hari, sehingga pengetahuan baru harus berdasar pengalamanhidup sehari-hari. Pada tahun tahun 1931; David L Mackage menulis dalamJournalAdultEducationbahwa isi dan metode pembelajaran harus selaludihasilkan untuk Pendidikan orang dewasa. Tahun 1936: LymanBuson menyusunbuku “AdultEducation” dimana buku tersebut membahas secara terperinci tentangtujuan pendidikan orang dewasa sebagai sebuah bentuk sosial untuk mencapaikesamaan tujuan program pada semua institusi pendidikan orang dewasa. Padatahun 1938: Alan Rogers menulis dalam journalAdultEducationbahwa salahsatu tipe pendidikan orang dewasa adalah berdasarkan dan penggunaan metodebaru sebagai prosedur atau langkah pada pembelajarannya.
Sekitar tahun 1939: RatHerton menulis dalam journalAdultEducationbahwa pada HighSchool, pebelajar orang dewasa mempunyai beberapapengetahuan atau kecakapan sehingga proses belajar harus seperti yang dimulaiatau dilakukan pebelajar tersebut. Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat BenH. Cherrington yang ditulis dalam journalAdultEducation, bahwa padapendidikan orang dewasa yang demokratis, pebelajarmenggunkan metode belajaraktif mandiri dan bebas memilih belajar dan hasil belajar. Anggapan tersebutdipertegas lagi oleh WandellThoman dalam journalAdultEducation, bahwapendidikan orang dewasa berbeda dengan sekolah di dalam keindividualan dantanggung jawab sosial. Pendidikan orang dewasa membuat arah khusus bagiindividu serta lebih diarahkan untuk memberikan sumbangan pada danmengorganisir sumbangan tersebut pada tujuan sosial. Kejelasan isi dan prosespembelajaran pendidikan orang dewasa ditegaskan pada tahun 1940 oleh Harolddalam journalAdultEducation, dia menyatakan, bahwa tidak hanya isipengajaran, tetapi juga metode mengajar harus di ubah. Pengajaran harusmenempatkan latihan, dimanapebelajar dapat berpartisipasi secara luas. Beberapaelemen perlu diadakan kerjasama dalam program pendidikan orang dewasa. Padatahun 1949: Harry Overstreet menyusun “The NatureMind” dimana beliaumenyatakan tentang perlunya pemisahan konsep pendidikan orang dewasa. Haltersebut dilakukan melalui pemahamnan dan riset, dimana orang dewasa dalamproses pembelajaran terintegrasi dalam satu kerangka kerja.
Sebuah perjalanan panjang tentang lahirnya istilah andragogi dalampendidikan, namun pemikiran-pemikiran yang lebih fokus baik dari segi konsepteori, filsafat maupun pada tahapan implementasi (metodologi) seperti pada;proses pembelajaran, tujuan pembelajaran, sasaran pembelajaran serta kaitanantara andragogi dengan masalah ekonomi, sosial, budaya dan politik dimulaipada tahun 1950: dimanaMalcolmKnowles menyusun ‘Informal AdultEducation” yang menyatakan bahwa inti Pendidikan orang dewasa berbedadengan Pendidikan tradisional. Disamping itu pula MalcolmKanowlesmengajukan tiga hal penting pada POD, yakni: 1) Mengubah visi peserta belajarkhususnya dalam program pendidikan orang dewasa. 2) Mengajukan istilancontiuninglearning. 3) Peserta didik pada nationaltraininglaboratories adalahorang-orang yang telah bekerja.
Begitu pula pada tahun itu fokus andragogi dilahirkan oleh HeinrichHanselmanan menyusun buku yang berjudul “Andragogi: Nature, PossibilitiesandBoundariesofAdultEducation” yang intinya POD berhubungan denganpengobatan (bukan medis) dan pendidikan kembali orang dewasa.Rogers menyatakan bahwa pendidikan juga dihubungkan dengan perubahan
tingkah laku, dimana hal ini sesuai dengan pembelajaran orang dewasa. Padatahun 1954: TT TenHave memberikan kuliah Andragogi, dimana beliaumengenalkan tiga istilah, yaitu: 1) andragogi yakni aktivitas secara institusionaldan profesional yang terbimbing bertujuan untuk mengubah orang dewasa, 2)andragogik adalah latar belakang sistem metodologi dan idiologi yang mengaturproses andragogi secara aktual, 3) andragogi, adalah studi ilmiah tentangandragogi dan andragogik kedua-duanya. KurtLewin menyatakan bahwa belajarterjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan olehperubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanyamotivasi internal serta belajar yang efektif dilakukan melalui kelompok. Tahun1956: M. Ogrizovic menguraikan tentang andragogi yang fenologika danberikutnya tahun 1957: Frans Poggeler menyusun buku “introductiontoandragogi: basicissue in adulteducation” dimana ia menyebutkan istilahandragogi untuk pendidikan orang dewasa. Wertheimer, Koffka dan Kohlermengenalkan hukum dalam pendidikan orang dewasa yaitu: 1) thelawofproximily, 2) thelawofsimilarityandfamiliarity, 3) thelawclosure.