Apa yang Disebut Belajar ?
Pembelajaran (learning) dapat didefenisikan sebagai
pengaruh permanen atas perilaku,pengetahuan,dan keterampilan berpikir,yang
diperoleh dari pengalaman.Proses belajar atau pembelajaran adalah fokus utama
dalam psikologi pendidikan.Tidak semua yang kita tau itu diperoleh melalui
belajar.Kita mewarisi beberapa kemampuan-kemampuan itu ada sejak lahir,tidak
dipelajari.Misalnya,kita tidak harus diajari untuk menelan makanan,berteriak
atau berkedip.Cakupan pembelajaran itu luas (Domjan,2000,2002)
Teori Belajar
Behavioristik
Behaviorisme
adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan
oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat
diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi
yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau
mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang
diinginkan.
Dalam teori belajar ini, yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau out put yang berupa respon. Sedangkan apa yang
terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan,
karena tidak dapat diamati dan diukur. Yang hanya dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa
yang dihasilkan siswa (respon), semuanya dapat diamati dan diukur.
Ciri dari teori belajar behavioristik adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan
reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Dalam hal
konsep pembelajaran, proses cenderung pasif berkenaan dengan teori behavioris.
Pelajar menggunakan tingkat keterampilan pengolahan rendah untuk memahami
materi dan material sering terisolasi dari konteks dunia nyata atau situasi.
Little tanggung jawab ditempatkan pada pembelajar mengenai pendidikannya
sendiri.
Pembelajaran
yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa
pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke
orang yang belajar atau pelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut
pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam
bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan
pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari
bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat,
sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib
dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku
wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Teori Belajar
Kognitivisme
Teori
kognitif berasal dari teori kognitif dan teori psikologi. Aspek kognitif
mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai dirinya dan
lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secara sadar.
Sedangkan aspek psikologis membahas masalah hubungan atau interaksi antara
orang dan lingkungan psikologisnya secara bersamaan. Psikologi kognitif
menekankan pada penting proses internal atau proses-proses mental. Menurut
teori belajar kognitif, belajar merupakan proses-proses internal yang tidak
dapat diamati secara langsung.
Menurut peaget (dalam Hudoyono,1988:45) Manusia berhadapan dengan
tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya
secara kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran
lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan
pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan cara itu, pengetahuan seseorang
terbentuk dan selalu berkembang.
Teori
kognitif menurut Piaget.Menurutnya
kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola-pola perkembangan tertentu dan umur
seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
Tahap-tahap perkembangan itu adalah :
§ Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun)
§ Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
§ Tahap operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun)
§ Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahunn)
PENDEKATAN
BEHAVIORAL DALAM PEMBELAJARAN
A. Classical Conditioning
Classical Conditioning dipopulerkan oleh Ivan P. Pavlov. Istilah ini sering juga disebut dengan “Respondent Conditioning” atau “Pavlovian Conditioning”. Classical Conditioning adalah tipe pembelajaran dimana seseorang belajar untuk mengkaitkan atau mengasosiasikan stimulus
Pavlov mengemukakan beberapa prinsip dalam classical conditioning, yaitu:
A. Classical Conditioning
Classical Conditioning dipopulerkan oleh Ivan P. Pavlov. Istilah ini sering juga disebut dengan “Respondent Conditioning” atau “Pavlovian Conditioning”. Classical Conditioning adalah tipe pembelajaran dimana seseorang belajar untuk mengkaitkan atau mengasosiasikan stimulus
Pavlov mengemukakan beberapa prinsip dalam classical conditioning, yaitu:
1. Generalisasi.
Generalisasi adalah kecendrungan dari stimulus baru yang mirip dengan CS untuk menghasilkan respon yang sama.
2.
Diskriminasi.
Diskriminasi yaitu peresponan terhadap stimulus tertentu tetapi tidak merespon stimulus lainnya. Dalam eksperimen Pavlov, Pavlov memberi makan anjing setelah bel berbunyi dan tidak memberi makan setelah membunyikan suara lainnya. Akibatnya anjing hanya merespon suara bel.
Diskriminasi yaitu peresponan terhadap stimulus tertentu tetapi tidak merespon stimulus lainnya. Dalam eksperimen Pavlov, Pavlov memberi makan anjing setelah bel berbunyi dan tidak memberi makan setelah membunyikan suara lainnya. Akibatnya anjing hanya merespon suara bel.
3.
Pelenyapan
Dalam classical conditioning, pelenyapan berarti pelemahan Conditioned Response (CR) karena tidak adanya Conditioned Stimulus (CS). Dalam eksperimennya, Pavlov mendapati bahwa dengan memperdengarkan bunyi bel saja (tanpa makanan) anjing tidak lagi mengeluarkan air liur.
Dalam classical conditioning, pelenyapan berarti pelemahan Conditioned Response (CR) karena tidak adanya Conditioned Stimulus (CS). Dalam eksperimennya, Pavlov mendapati bahwa dengan memperdengarkan bunyi bel saja (tanpa makanan) anjing tidak lagi mengeluarkan air liur.
B. Operant Conditioning
Operant Conditioning dipopulerkan oleh B.F. Skinner .Operant Conditioning dinamakan juga Instrumental Conditioning. Pemikiran Skinner awalnya didasarkan dari pandangan E.L Thorndike. Ada beberapa hukum yang dikemukakan Thorndike:
Operant Conditioning dipopulerkan oleh B.F. Skinner .Operant Conditioning dinamakan juga Instrumental Conditioning. Pemikiran Skinner awalnya didasarkan dari pandangan E.L Thorndike. Ada beberapa hukum yang dikemukakan Thorndike:
a.The
Law of Effect
Intensitas hubungan antara stimulus (S) dan respon (R) sangat dipengaruhi oleh konsekuensi dari hubungan yang terjadi. Apabila akibat hubungan S-R menyenangkan, maka perilaku akan diperkuat. Sebaliknya, jika akibat hubungan S-R tidak menyenangkan, maka perilaku akan melemah. Namun, Thorndike merevisi hukum ini setelah tahun 1930. Menurut Thorndike, efek dari reward (akibat yang menyenangkan) jauh lebih besar dalam memperkuat perilaku dibandingkan efek punishment (akibat yang tidak menyenangkan) dalam memperlemah perilaku. Dengan kata lain, reward akan meningkatkan perilaku, tetapi punishment belum tentu akan mengurangi atau menghilangkan perilaku.
Intensitas hubungan antara stimulus (S) dan respon (R) sangat dipengaruhi oleh konsekuensi dari hubungan yang terjadi. Apabila akibat hubungan S-R menyenangkan, maka perilaku akan diperkuat. Sebaliknya, jika akibat hubungan S-R tidak menyenangkan, maka perilaku akan melemah. Namun, Thorndike merevisi hukum ini setelah tahun 1930. Menurut Thorndike, efek dari reward (akibat yang menyenangkan) jauh lebih besar dalam memperkuat perilaku dibandingkan efek punishment (akibat yang tidak menyenangkan) dalam memperlemah perilaku. Dengan kata lain, reward akan meningkatkan perilaku, tetapi punishment belum tentu akan mengurangi atau menghilangkan perilaku.
b.The Law of Exercise
Pada awalnya, hukum ini terdiri dari 2 bagian, yaitu:
1. Law of Use yaitu hubungan antara S-R akan semakin kuat jika sering digunakan atau berulang-ulang.
2. Law of Disuse, yaitu hubungan antara S-R akan semakin melemah jika tidak dilatih atau dilakukan berulang-ulang.
Akan tetapi, setelah tahun 1930, Thorndike mencabut hukum ini. Thorndike menyadari bahwa latihan saja tidak dapat memperkuat atau membentuk perilaku. Menurut Thorndike, perilaku dapat dibentuk dengan menggunakan reinforcement. Latihan berulang tetap dapat diberikan, tetapi yang terpenting adalah individu menyadari konsekuensi perilakunya.
c.The
Law of Readiness
Thorndike berpendapat bahwa pada prinsipnya suatu hal akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipelajari tergantung pada kesiapan belajar individunya (Leffrancois, 2000). Jika individu dalam keadaan siap dan belajar dilakukan, maka individu akan merasa puas. Sebaliknya, jika individu dalam keadaan tidak siap dan belajar terpaksa dilakukan, maka individu akan merasa tidak puas bahkan mengalami frustrasi.
Prinsip-prinsip dasar dari Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant Conditioning atau pengkondisian operan. Operant Conditioning adalah bentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.
Thorndike berpendapat bahwa pada prinsipnya suatu hal akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipelajari tergantung pada kesiapan belajar individunya (Leffrancois, 2000). Jika individu dalam keadaan siap dan belajar dilakukan, maka individu akan merasa puas. Sebaliknya, jika individu dalam keadaan tidak siap dan belajar terpaksa dilakukan, maka individu akan merasa tidak puas bahkan mengalami frustrasi.
Prinsip-prinsip dasar dari Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant Conditioning atau pengkondisian operan. Operant Conditioning adalah bentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.
0 komentar:
Posting Komentar